Kenangan Si Ucil

Share:


Si Bocil sedang sedih tak terperi. Kucing kesayangannya, Ucil, tadi sore mati. Kata dokter, kena virus Distemper. Emang udh bbrp hari ini Ucil gak mau makan-minum dan muntah2 (muntahnya warna kuning). Karena kami nggak paham seluk beluk penyakit kucing, kami terlambat membawa Ucil ke dokter. Si Ucil udah dehidrasi berat, lemas sampai gak mampu berdiri.

Semalam kita larikan Ucil ke klinik yg masih buka dan langsung diinfus. Tadi siang sempet nengokin sebentar. Suhu badannya sudah normal dan sudah nggak muntah. Tapi nggak lama, sewaktu kita sudah nggak di klinik, tiba2 dapet kabar kalau Ucil sudah tiada.

Hati2 emak ngasih kabar ke bocil. Sudah diduga, dia histeris. Waktu kita jemput Ucil ke klinik, dia nggak mau lihat jasadnya. Ngelihat bocil nangis tersedu sedan (sambil dihibur rame2 sama pengunjung klinik), dokter nawarin kucing persia umur 1th utk diadopsi. Bocil belum nyanggupin, hatinya masih terluka.



Si Ucil kita pungut di jalan, awal April lalu. Dipungut karena kucing mungil itu nggak mau minggir. Dia duduk di tengah jalan. Diangkat, ditaro ke pinggir, malah trus lari ke bawah mobil. Akhirnya diputuskan untuk dibawa pulang karena takut terlindas kendaraan karena kondisi gelap. Ucil kita rawat sampai gemuk dan lincah. Dokter bilang kemungkinan jenis kucing campuran karena bulunya tebal.

Setiap kami pulang atau pergi, si Ucil selalu menyambut kami. Dia akan berlari ke pintu, lalu dia akan nempel terus di kaki kami, tanda dia sudah rindu. Makannya banyak, ikan kembung sekilo bisa habis cuma dalam 2-3 hari.

Terakhir kami titipkan dia ke petshop karena kami akan pulang kampung. Di petshop itulah dia ketularan virus. Parahnya, karena belum divaksin, tubuhnya gak mampu melawan walaupun sempat membaik.

Bye Ucil...
Terima kasih sudah pernah hadir di tengah2 kami. Terima kasih sudah menjadi kawan mungil yg lucu, menggemaskan, dan membuat ceria hari2 bocil. Rest in peace, little buddy.

No comments