Gunung Latimojong

Share:

Kalau mendengar cerita perjalanan dari tiap pendaki, pasti referensinya berbeda-beda. Menurut si A, pendakian ke Binaiya jauh lebih sulit daripada ke Latimojong, Menurut si B, Latimojong lebih sulit daripada Kerinci. Menurut si C, Kerinci dan Latimojong sama saja.

Kami memang baru bisa membandingkan tiga pendakian tersebut. Dan setelah dipikir-pikir, okelah. Om Birru Sigit dan saya prepare untuk the worst case. Kita asumsikan, Latimojong memang lebih sulit daripada Kerinci.

Dan ternyata, perkiraan kami tidak meleset terlalu jauh.

Latimojong lebih sulit daripada Kerinci, yes betul. Karena trek tanjakannya konsisten menanjak sejak pos I hingga pos VII. Tapi menurut kami, sepertinya kesulitan bisa agak lebih teratasi kalau pendaki memiliki waktu yang agak cukup panjang.


Waktu yang ada utk perjalanan kami hanya memungkinkan kami untuk menginap semalam saja. Itupun akhirnya dipaksakan menginap dua malam. Malam pertama di pos 2, dan malam berikutnya di pos 5. Dengan catatan, kami langsung jalan ke pos 2 begitu tiba di desa Karangan, yaitu pada pukul 13.30 WITA.

Di hari kedua, pukul 07.30 WITA kami sudah berangkat meninggalkan pos 2 menuju pos 5. Perjalanan hanya membutuhkan 4 jam. Pukul 11.30 WITA kami sudah sampai di pos 5 lalu mulai nge-camp. Kami isi waktu dengan hammocking, makan siang-makan sore, bercanda2, ngobrol, dan tidur lebih awal.

Pilihan nge-camp sebetulnya bisa juga di pos 7. Tetapi untung hal tersebut tidak kami lakukan karena trek dari pos 5 ke pos 7 ternyata terus menanjak. Kalau pernah ke gunung Gede via jalur Putri, ya mirip2 begitulah tanjakannya. Lagipula ternyata pos 7 itu area terbuka dan udaranya sangat dingin. Lokasi nge-camp nya pun sempit dan ketersediaan air tidak pasti.

Hari ketiga, kami bangun pukul 03.30 WITA. Kami berkemas untuk summit. Pukul 04.30 WITA kami mulai bergerak meninggalkan pos 5. Perjalanan tersendat-sendat karena si bocil, seperti biasa, agak cranky kalau memulai perjalanan di pagi buta. Ditambah dengan kondisi perutnya yang bermasalah akibat kebanyakan makan sosis. Dia diare sampai 4x di pagi itu.

Sekitar pukul 08.00 WITA kami sampai di pos 7. Selepas pos 7, ada sedikit trek menanjak yang cukup curam (tapi nggak securam trek dari pos 2 ke pos 3). Tapi setelah itu, trek melandai, naik-turun tiga bukit hingga akhirnya kami sampai di puncak Rante Mario pukul 09.30 WITA.


Kami foto-foto dengan puas sekali tanpa terganggu oleh pendaki dari grup lain. Tentu saja. Kami mendaki saat semua pendaki sudah turun karena mau berlebaran kurban. Jadi di gunung itu, hanya kami saja satu2nya kelompok yang masih berkeliaran. Hehehee….

Pukul 10.30 WITA, karena sudah kelamaan dan juga sinar matahari sudah sangat menyengat, kami bergegas turun. Kami putuskan hari itu kami akan langsung turun menuju basecamp karena kami harus mengejar pesawat ke Jakarta dan Jambi keesokan harinya.

Sampai kembali di pos 5 pukul 13.30 WITA. Kami makan siang, lalu packing. Pukul 14.30 WITA kami bergerak turun. Niat kami sampai di basecamp desa Karangan malam itu juga. Ritme perjalanan menyesuaikan kekuatan kaki.

Seusai maghrib kami sampai di pos 2 setelah menuruni jalur yang hampir vertikal dan licin. Untung saja si bocil sudah dilatih di Kerinci. Om guide (om Osta) nggak begitu kesulitan nuntun si bocil karena dia nggak panik. Turun dengan posisi mundur di tengah kegelapan itu sesuatu banget, Jenderal. Hahahaha… Tangan kami meraba-raba mencari pegangan akar sedangkan kaki juga harus hati-hati supaya tidak menyepak batu.

Di pos 2 kami beristirahat sebentar. Salah satu anggota kami yang kakinya terkilir diminta jalan duluan. Kami menyusul sekitar lima belas menit kemudian. Kami jalan dari pos 2 sekitar pukul 19.00 WITA.

Di perjalanan dari pos 2 menuju basecamp adalah yang terberat untuk kami. Selain kondisi kami sudah sangat lelah, kaki kami juga sudah lecet2. Rasanya kaos kaki sudah menempel di kulit. Dengkul sudah gemetar. Betis dan paha terasa kencang.

Perjalanan dari pos 2 ke pos 1 itu konturnya naik-turun. Kami melipir sungai. Sebentar kami turun beberapa langkah. Sebentar kemudian kami naik lagi beberapa langkah. Sungguh menyiksa. Andai masih ada waktu lebih, sebetulnya akan lebih bagus kalau menginap lagi di pos 5. Kami membayangkan kalau saja kami saat itu masih di pos 5, kami pasti sedang tidur dengan nyenyak. Sayang sekali, kami tetap harus berjalan.

Di tengah kegelapan, sekali-sekali terdengar keluhan dari si Bocil. “Bun, telapak kaki sebelah kanan perih banget….”, “Bun, kaki sakit….”, “Bun, masih lama ya sampainya?”

Di situlah kami harus pinter2 menghibur hatinya. Kalau kami bilang sebentar lagi juga jelas bohong. Dan si bocil sudah kenal banget karakter pendaki yang memang hobi berbohong kalau bertemu pendaki lain yang kelelahan. Hahahaha…. Jadi kami jawab saja, “Sabar ya, basecamp di bawah.”
Habis itu dia akan tertawa lagi. “Ya iyalah basecamp di bawah. Tuh, puncak di atas,”
Lumayan untuk menghilangkan rasa perih-nyeri-sakit yang melanda kaki kami semua. Setelah itu kami berjalan lagi, menghitung langkah yang sudah mulai melemah dan melambat.

Dan akhirnya, setelah melewati pos 1 dan beristirahat sejenak di sana sambil menikmati bintang-bintang, pukul 21.30 WITA kami sampai di basecamp desa Karangan. Kami sempatkan bertemu Ambe Simen, makan Indomie dan ngopi-ngopi.

Pukul 00.00 WITA kami bergerak turun ke Barakka. Jeep yang kami tumpangi meraung-raung sendirian di jalur yang membuat kami terpental-pental dan beberapa kali hampir membuat saya terlempar keluar. Bapak supir sampai harus memasang tali di pintu supaya saya bisa pegangan. Jeep nya emang gak ada pintu. Dan bayangin aja, udahlah kita capek, kita masih harus ngelewatin jalanan rusak parah selama dua jam.

Dan sampailah kami di Barakka tepat pukul 02.00 WITA. Hari itu hari Lebaran Idul Adha. Kami masih harus menempuh perjalanan 6-7 jam lagi untuk sampai di Makassar. Sambil menunggu mobil sewaan kami datang, kami tidur di basecamp Komunitas Pecinta Alam yang berupa rumah kayu. Sayup-sayup suara adzan subuh terdengar. Kami bersyukur, perjalanan kami telah selesai dan kami dapat kembali dalam keadaan sehat dan selamat.

Barakka, 22 Agustus 2018.
-------
-------
Terima kasih bang Piye Kara Pie, bang Osta, dan temen2 KPA Makassar yang sudah menenami si Bocil. Keceriaan tim berhasil membuat si Bocil hepi dan ceriwis sepanjang jalan.
Terima kasih juga bang Rully. Sukses untuk Adventure Project nya.

Foto-foto bisa dilihat disini
https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10156625357216950&type=3
 

No comments