"Sebuah perjalanan yang menyisakan sebentuk cinta."
Perjalanan 4 hari 3 malam yang menyisakan rasa galau akibat euforia Ranu Kumbolo-Mahameru. Perjalanan yang bikin si emak sempat menangguhkan untuk upload foto-foto selama perjalanan.
Bisa dikatakan, perjalanan kali ini "perfect". Karena timnya, karena teman seperjalanan, karena view, karena suasana, dan sebagainya....dan sebagainya.
Semeru sebagai salah satu gunung seven summit sempat bikin resah dan gelisah si emak dan om Birru Sigit. Persiapan diusahakan serba maksimal karena kabarnya suhu di Semeru lebih dingin daripada Kerinci. Lalu trek summitnya juga ampun-ampun. Dan…. itu emang bener sih :-D.
Yang agak di luar perkiraan adalah stok makanan. Kami sudah prepare dengan porsi esktra mengingat nafsu makan si bocil sedang menggila. Ternyata, di atas sana logistik melimpah ruah karena ada dua-tiga warung di setiap pos yang menjual gorengan, kopi, teh, dan pastinya, semangka.
Selain stok makanan, jalur yang kami tempuh ternyata tidak se-mengerikan perkiraan. Jauh dari curamnya tanjakan Kerinci atau undakan-undakan Latimojong. Tapi tetap saja, doa selalu jadi pengiring langkah kami dibarengi turunnya hujan yang bikin sepatu dari kering jadi basah trus kering lagi dan terakhir kembali basah.
Walaupun treknya landai, tapi tidak untuk trek saat summit. Malam itu, di Kalimati, kami sempat mundur dari jadwal semula untuk start pukul 11.00 WIB. Kabut dan hujan yang tidak berhenti, membuat om Didiet, guide kami, ragu-ragu melanjutkan perjalanan. Kami diminta menunggu hingga pukul 02.00 WIB sambil berdoa agar rencana bisa berjalan lancar.
Ketika kami kembali ke tenda, si bocil membisikkan permintaannya sebelum melanjutkan tidur untuk mengisi jeda waktu. "Ya Allah, berikan cuaca yang bersahabat, berikan kekuatan dan keselamatan agar kami bisa berjumpa dengan Mahameru."
Dan tepat pukul 02.00 WIB, kami dibangunkan untuk bersiap summit attack. Lega luar biasa tentunya. Dengan optimis kami berjalan menembus dingin sambil terus merunut doa.
Hasilnya, alhamdulillah, di pagi itu tanggal 24 Desember 2018, setelah lima setengah jam perjalanan, kami berhasil bersua dengan Mahameru yang tampak semakin anggun dibingkai rinai gerimis. Hari itu juga tepat hari ulang tahun si bocil yang ke-10 dan dia berhasil mewujudkan salah satu mimpinya untuk berulang tahun di salah satu puncak gunung.
Tak henti kami mengucap syukur karena untuk kesekian kalinya kembali diberi kesempatan mengantarkan si bocil di puncak kelima seven summit Indonesia-nya. We felt blessed. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?
Selepas summit, kami turun kembali ke Ranu Kumbolo, melintasi Oro-Oro Ombo yang di penghujung hari itu membuat kaki segan untuk melangkah. Di atas tanjakan cinta, sinar matahari sore yang malu-malu terpantul keperakan di permukaan danau. Ranu Kumbolo terbingkai cantik hingga si emak ini hanya bisa tegak terdiam memandangi frame yang tersaji di bawah sana. Mungkin kalau bukan karena malu digodain om Birru Sigit, emak akan menginap di atas situ. Hehe.
Kegembiraan tak hanya berhenti sampai di Mahameru. Suasana yang hangat dan ceria terus menyelimuti hingga keesokan harinya ketika kaki kami melangkah meninggalkan danau bening yang menawan itu.
Pun ketika kami melambaikan tangan ke rekan seperjalanan, om Rully, om Pram, dan om Cupi, di teras basecamp pak Pras.
Atau ketika menjabat tangan om Johan dan om Rendra, tepat di pelataran stasiun Malang. Rasa rindu tiba-tiba sudah menyusup tanpa permisi. I wish it’s not a "goodbye" but a "see you soon."
Tumpang, 25 Desember 2018.
ps:
Terima kasih untuk tim Wisata Bareng, sukses terus ya. Ditunggu undangan nge-trip berikutnya :-D
No comments
Post a Comment